Ikhwah fillah, barangkali banyak di antara kita sering—atau paling tidak, pernah—mendengar anjuran untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an, baik dalam kajian-kajian maupun dari tulisan-tulisan yang pernah kita baca. Namun, karena aktivitas dan kesibukan masing-masing: pekerjaan kantor, mengurus usaha, mengurus rumah tangga, atau berbagai kesibukan lainnya membuat kita terhalang untuk melakukannya, bahkan cenderung mengabaikannya. Sehingga tak jarang hari-hari kita banyak terlewati dari membaca Al-Qur’an, walaupun hanya sekedar duduk untuk membaca beberapa lembar saja. Padahal membaca Al-Qur’an adalah salah satu amalan yang disukai oleh Allah, yang keutamaannya banyak disebutkan di dalam ayat maupun hadits. Di antaranya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Orang-orang yang selalu membaca
Al-Qur’an, melaksanakan shalat, dan mendermakan sebagian harta yang Kami
karuniakan kepada mereka secara diam-diam ataupun terang-terangan,
mereka mengharapkan amal shalih mereka tidak sia-sia, laksana pedagang
yang tak ingin rugi.” (QS. Faathir 35: 29)
Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang membaca satu huruf
Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dilipat
gandakan dengan sepuluh kali lipat. Aku tidak (pernah) mengatakan “Alif laam miim” satu huruf, akan tetapi ‘alif’ adalah satu huruf, ‘laam’ satu huruf dan ‘miim’ satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi, 2910)
Seorang pekerja kantor, guru, mahasiswa,
pelajar, wiraswasta, ibu-ibu rumah tangga, buruh, dsb. walau sedang di
tengah kesibukan semestinya mampu meluangkan sedikit saja waktunya untuk
membaca Al-Qur’an, seandainya tidak memiliki banyak waktu. Jika membaca
koran saja seseorang mampu bermenit-menit untuk menyelesaikannya,
membaca dan browsing di internet berjam-jam lamanya, rela menghabiskan
malam demi menonton aksi heroik club bola idolanya, membaca berbagai
majalah, dan puluhan buku dalam seminggu, mengapa justeru membaca
Al-Qur’an kita tidak punya waktu untuk melakukannya? Bahkan bisa khatam
membacanya, apalagi sampai mampu menghafalnya?
Membaca Al-Qur’an adalah obat bagi hati
yang gersang, musim semi bagi jiwa yang kering, dan pelipur lara bagi
hati yang gundah (galau). Malik bin Dinar berkata, “Sesungguhnya
Al-Qur’an adalah musim semi bagi seorang mukmin, sebagaimana musim hujan
menjadi musim semi bagi bumi.” Ibrahim Al-Khawash juga berkata, “Obat
hati itu ada lima perkara—di antaranya beliau menyebutkan—adalah membaca
Al-Qur’an disertai tadabbur (penghayatan).”
Sudahkah kita membaca Al-Qur’an hari ini? Berapa lembar yang sudah kita baca? Kapan terakhir kita khatam membacanya?
Dan Wuhaib rahimahullah juga
berkata, “Kami telah memperhatikan di dalam hadits-hadits dan nasehat
ini, maka kami tidak mendapati ada sesuatu yang paling melembutkan hati
dan mendatangkan kesedihan dibandingkan bacaan Al-Qur’an, memahami dan
mentadabburinya.” Maka sebagai seorang Muslim, membaca Al-Qur’an
sejatinya menjadi rutinitas harian yang tak boleh pisah dari hidup kita.
Karena bagaimanapun bukan hanya fisik saja yang butuh dengan obat, jiwa
kita pun sangat memerlukannya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
yang ma’sum dan para sahabat yang diridhai oleh Allah pun selalu
membaca Al-Qur’an dan menjaga bacaannya, bahkan disebutkan dalam sebuah
riwayat bahwa Rasulullah menyetorkan hafalan Al-Qur’an kepada malaikat
Jibril setiap kali datang bulan Ramadhan. Demikian pula para sahabat,
semangat dan giat bahkan mereka memiliki jadwal rutin untuk membacanya.
Nabi Muhammad sendiri menggambarkan bagaimana keadaan mereka:
“Sesunggunya aku benar-benar mengetahui
suara kelompok dari keturunan Asy’ary dengan bacaan Al-Qur’an, jika
mereka memasuki waktu malam aku mengenal rumah-rumah mereka dari suara
mereka membaca Al-Qur’an, meskipun sebenarnya aku tidak tahu di mana
tempat tinggal mereka pada siang hari.” (HR. Muslim)
Mereka juga memiliki perhatian khusus terhadap Al-Qur’an. Khabbab radhiyallahu’anhu
berkata, “Beribadahlah kepada Allah semampumu, dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya kamu tidak akan pernah beribadah kepada Allah dengan
sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan (membaca) firman-Nya.” Dan
Abdullah bin Mas’ud Ra. juga berkata, “Siapa yang ingin mengetahui bahwa
dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka perhatikanlah jika dia
mencintai Al-Qur’an maka sesungguhnya dia mencintai Allah dan
Rasul-Nya.” (Syu’aib Al-Imam, karya Al-Baihaqi)
Generasi salaf sebelum kita begitu antusias terhadap Al-Qur’an sehingga membuat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu
mengkhatamkannya satu kali dalam sehari pada bulan Ramadhan. Demikian
pula Imam Syafi’i khatam membacanya sampai 60 kali dalam sebulan. Imam
Qatadah khatam sekali dalam seminggu di hari-hari biasa, pada bulan
Ramadhan setiap tiga hari sekali, dan pada sepuluh hari terakhir beliau
menghatamkannya setiap malam. Begitulah contoh para salaf dalam membaca
Al-Qur’an.
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk
selalu membaca Al-Qur’an, sebab di akhirat nanti Al-Qur’an akan menjadi
pemberi syafaat bagi para pembacanya ketika di dunia. Beliau bersabda,
“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya pada hari kiamat ia akan datang memberi
syafaat bagi ahlinya—pembacanya.” (HR. Muslim, 1910)
Khatam membaca Al-Qur’an dalam dua bulan
Ikhwah fillah, sesibuk apapun kita pasti
memiliki waktu luang untuk sekedar beristirahat atau berhenti dari
kesibukan lainnya, saat jeda waktu shalat misalnya. Sempatkan diri untuk
membaca Al-Qur’an, walau hanya beberapa lembar saja dalam sehari, tidak
banyak tidak mengapa yang penting rutin dilakukan. Ibunda ‘A’isyah
berkata, “Amalan yang paling disukai oleh Allah adalah amalan yang
sedikit, namun rutin dilakukan.”
Jika tidak memiliki cukup banyak waktu
untuk membaca Al-Qur’an, cobalah sempatkan diri untuk membacanya minimal
beberapa lembar dalam sehari, atau setidaknya punya target agar bisa
khatam sekali dalam beberapa bulan. Misalnya dalam sehari kita hanya
mampu membaca lima lembar—walaupun membaca lebih dari itu lebih utama.
Bila lima lembar itu tidak bisa diselasaikan membacanya dalam satu
waktu, kita bisa bagi ke dalam 5 waktu. Yaitu, satu lembar dalam setiap
waktu shalat, bisa dibaca sebelum atau sesudah shalat. InsyaAllah tidak
berat untuk dilakukan. Membaca satu lembar hanya menghabiskan waktu
tidak lebih dari sepuluh menit, bahkan hanya lima menit. Bandingkan
dengan keutamaan dan balasan yang akan kita terima.
Jika membaca lima lembar rutin dalam
sehari dilakukan, berarti dalam sebulan kita bisa membaca 15 juz, dan
untuk menghatamkan membaca Al-Qur’an 30 juz kita hanya butuh waktu dua
bulan. Subhanallah!
Ya Allah, terangilah pandangan kami
dengan Al-Qur’an dan lapangkan dada kami dengannya, gerakkan tubuh kami
dengannya, pelihara lisan kami dengannya, kuatkan jiwa kami dengannya,
luaskan pemahaman kami dengannya, kuatkan tekad kami dengan keuatan-Mu.
Sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan kecuali atas kehendak-Mu, duhai
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang!
Wallahua’lam
Tirpas, 22 September 2014
0 komentar:
Posting Komentar